Jumaat, 25 Oktober 2013

Khusyu

MeNciNtai bUkAn kErNa TeRpAksA, bErAmAL BuKaN kErNa uPaH dAn GaNjArAn.. SeBeNaR-bEnAr CiNtA aGuNg,                   kEiKhLaSaN tIdAk mEnDoRoNg HaTi uNtUk dEbU-DeBu DuNiA.  
Image result for BISMILLAH




KITA sering memerintahkan orang untuk khusyuk, tetapi apa sesungguhnya khusyuk itu? Pengertian khusyuk se­lama ini terlalu berat bagi orang awam. Seolah-olah kita diperkenalkan khusyuk selama ini ialah fokus penuh, 100 % mengingat Al­lah Swt. Jika ini dimaksud khusyuk maka terlalu sulit untuk kita sebagai orang awam mencapainya. Jika shalat diteri­ma setelah mencapai khusyuk seperti itu, maka shalat itu tidak manusiawi. Apa yang dimaksud khusyuk sebenarnya?

Suatu ketika Nabi memimpin shalat, tiba-ti­ba cucunya, Hasan dan Husain keluar dari ka­marnya dan masuk ke mihrab menaiki punggung Nabi yang sedang sujud ketika memimpin sha­lat. Nabi menunggu cucunya turun baru bangkit kembali. Seusai shalat, salah seorang jamaah bertanya, mengapa sujudnya Nabi tadi panjang sekali tidak seperti biasanya? Nabi menjelaskan kalau cucunya sedang naik di punggungnya ke­tika ia sujud. Ia menunggu sampai turun baru bangkit, khawatir jangan sampai nanti jatuh. Dalam kesempatan lain Nabi penah memimpin shalat cepat sekali lantaran ada anak kecil me­nangis di belakang yang ibunya sedang sha­lat. Pertanyaannya di sini, apakah Nabi dengan shalat seperti tadi bisa disebut khusyuk?

Sesungguhnya yang dimaksud khusyuk ialah ketenangan dan kepasrahan terhadap Tuhan di dalam melaksanakan ibadah, khususnya dalam shalat. Soal di dalam shalat terlintas pikiran lain maka itu manusiawi. Yang penting jangan sam­pai rukun dan syarat sah shalat terganggu kar­ena terlalu jauh terlena dan menghayal, terlebih jika ketiduran di dalam shalat. Khusyu' secara harfiah berarti rendah, takluk, dan merendah­kan diri kepada Tuhan. Khusyuk dalam penge­rian popular dapat diartikan dengan sikap se­orang hamba yang sangat tenang dan fokus hanya kepada Allah Swt.

Di dalam Al-Qur'an dijelaskan: "Sungguh beruntunglah orang-orang beriman, yang khusyuk di dalam melaksanakan shalat". Dalam ayat lain dikatakan: "Ketahuilah bahwa dengan mengin­gat Allah jiwa menjadi tenang". Kedua ayat ini menggambarkan bahwa khusyuk adalah ses­uatu yang sangat ideal di dalam shalat, namun kekhusyukan secara sempurna tidak boleh menjadi alasan untuk meninggalkan shalat.

Sulit dibayangkan adanya shalat yang dari awal sampai akhir betul-betul tidak ada ingatan lain se­lain Allah Swt. Sayyidina Ali ra, pernah menunjuk­kan suatu pengalaman tersendiri bagi kita para umatnya. Suatu ketika ia pernah terkena anak panah di kakinya. Patahan panah itu inpeksi, ber­nanah dan bengkak. Tabibnya merekomendasi­kan agar patahan anak panah itu segera dicabut jika tidak ingin diamputasi. Sayyidina Ali berpe­san: "Jika engkau akan mencabutnya cabutlah ketika aku shalat dan sukses tanpa sedikitpun Ali bergerak". Seusai shalat, Ali bertanya: "Mengapa kalian tidak mencabut patahan anak panah itu?" Sesudah dicabut maka patahan anak panah itu keluar dengan berlumuran darah dan nanah.

Kekuatan khusyuk terletak di dalam hati. Hati yang aktif untuk menjalin komunikasi dengan un­sur dalam hati kita maka diharapkan mendatang­kan keajaiban dalam berbagai bentuk, sesuai tingkat kedalaman dan penghayatan kita. Khusyu' adalah pengalaman pribadi. Oleh karena itu, kita perlu belajar, kalau perlu mencatat, pengalaman-pengalaman batin apa yang dilakukan pada saat kekhusyukan itu terjadi.


Perbezaan Antara khusyuk iman dan kusyuk nifak

Ketahuilah, bahawa perbezaan Antara khusyuk iman dengan khusyuk nifak. Bahwa khusyuk iman itu ialah khusyuk hati kepada Allah s.w.t. dgn membesarkan dan menggagungkan Nya, memuliakan Nya, menakutNya, serta malu terhadapNya, maka hati itu akan pecah pilu suatu pecahan yang diiringi oleh perasan hormat dan segan, cinta dan malu, mengingati segala nikmat-nikmat Allah yang diterimanya dengan dosa dan maksiat yg dilakukannya. Ketika itu tidak boleh tidak sang hati kan merasa khusyuk, yang kemudian diikuti pula oleh khusyuk semua pancaindera
Adapun khusyuk nifak, maka dia kan muncul pada segala pancaindera secara pura-pura dan dengan dibuat-buat, padahal hati tiada sebenrnya khusyuk. Pernah setengah para sahabat berkata: Aku berlindung diri kepada  Allah daripada khusyuk nifak! Lalu ada yang bertanya :Apa dia khuyuk nifak itu? Jawabnya: ketika anda melihat jasadnya khusyuk sedang hatinya tidak khusyuk. 
Orang yg khusyuk kepada Allah ialah orang yg telah dapat membendung gelojak syahwatnya serta memadamkan asapnya dari dalam hati, lalu itu pun menjadi cerah dan lapang, maka bersinarlah padanya cahaya kebesaran Allah, dan matilah syahwat nafsunya kerana takut dan hormat yang telah memenuhi dada itu, manakala semua pancainderanya tunduk rendah dan hatinya bertenang tenteram kepada Allah s.w.t sedang lidahnya terus menyebut-nyebut Allah dengan penuh rendah diri dan ketenangan yang diletakkan Allah setenang-tenangnya, laksana ketenangan bumi yg diserapi oleh air
Demikian pula lagaknya hati yang tenang itu, dia kan menjadi khusyuk dan tenteram, laksana sebuah lubang tanah yg dipenuhi oleh air, lalu bertakung didalamnya.
Tandanya pula, orang itu akan sujud di hadapan Tuhannya dengan penuh perasaan bertujuan untuk membesarkaNya sedang dirinya dalam keadaan hina-dina, tidak diangkat kepalanya sujud itu, melainkan setelah dirasakan dirinya telah bertemu dengan Tuhannya
Manakala hati yang bongkak dan sombong pula, maka dia telah merasa tinggi dgn takabburnya itu, laksana sepotong tanah yang tinggi, apabila dilalui air, tidak pernah air itu menetap padanya. Itulah umpamanya khusyuk iman itu.
Adapun khusyuk nifak, maka dia itu adalah gerak-geri yang di buat-buat dan yang di paksakan keatas anggota-anggota dengan pura-pura atau untuk ditunjuk-tunjuk, padahal jiwa batinnya segar bugar aktif di dalam syahwat hawa nafsu dan keinginan-keinginan diri. Dia kelihatan khusyuk pada zahirnya saja, padahal ular lembahnya dan singa hutannya bersiap sedia di sisinya, sedang menunggu mangsa nya


Orang yang mengatakan apakah cukup hanya dengan solat dapat selesaikan hajat kita? Maka orang yang berkata demikian, solatnya tak akan naik kepada Allah SWT (Maulana Saad )
Haji Sahb katakan : Syetyan kata memang Rezeki dari Allah tetapi kerja untuk mendapatkannya juga penting agar manusia yakin dengan asbab dhohir dan tinggalkan amal .
CARA ISTIFADAH DENGAN SOLAT
(Maulana Yusuf rah a.)
1.Yakin
2.Tawajjuh
3.Mengetahui ilmu masail
4.Ikhlas.
Cara Tumbuhkan yakin dengan Solat :
1. Datang kepada Manusia dan beritahu mereka agar hilangkan keyakinan kepada Makhluk dan hilangkan Usaha atas makhluk
2. Kerjakan Solat sebagaimana yang dibuat oleh Rasulullah SAW.yakni dengan memperbanyak solat sunnat.Karena Allah semakin dengan dengan hamba yang mengerjakan amalan sunnat. (Syech Abdul Wahab)
KEPENTINGAN SOLAT UNTUK IJTIMA’I UMMAT
· Jika 50-1000 %orang Islam kerjakan sholat (asal sholat saja)maka Allah SWT akan jatuhkan keadaan Dunia orang kafir,(Maulana Yusuf rah a.)
· Bani Israil didholimi oleh Fir’aun ,minta kepada Musa as agar membebaskannya dengan mendirikan negara sendiri.
Tetapi Allah SWT perintah mereka untuk kerjakan solat dengan firmannya:
Dan Kami perintahkan kepada Musa as, dan saudaranya Harun as Ambillah oleh kamu berdua beberapa rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah rumahmu itu Masjid,dan dirikanlah solat didalamnya dan berilah kabar gembira bagi orang orang yang beriman,(Surat Yunus 87)
Setelah 40 tahun Bani Israil seluruhnya mengerjakan solat,setiap ada masalah mereka mendirikan solat,dan tak lari kepada Mahkamah Fir’aun karena Mahkamah Fir’aun tak dapat selesaikan masalah mereka , barulah Allah SWT memberi kabar gembira menangkan mereka atas Fir’aun.
KEPENTINGAN SOLAT UNTUK INFIRODHI
· Jika solat ada sifat yakin ,ikhlas,Ilmu,dan dzikir,maka solat telah memasuki tahap pertama hakikat yaitu akan mencegah perbuatan keji dan mungkar.
· Jika solat mencapai solatnya Rasulullah dan para sahabat barulah hakikat solat akan mampu menarik pertolongan Allah SWT. (Maulana Iksan)
Solat adalah asbabaul kabir sedangkan usaha dunia adalah asbabu shoghir dan asbab yang singkat. Perbaikan atas sholat adalah lebih penting daripada perbaikan atas perkara keduniaan.(H.Sahb)
Maulana Jamil : Solat adalah asbab mendatangkan Rezeki dengan dasar Firman:
Dan Perintahkanlah keluargamu/ ummatmu untuk solat dan bersabarlah atasnya.Kami tak meminta rezeki dari kamu tetapi Kamilah yang member Rizki kepadamu dan akibat yang baik bagi orang yang bertakwa.( Toha 132)
Kisah : 200 tahun lalu ada seorang Raja Islam di India mengerjakan solat Jum’at sedangkan ia memakai kain sutera, seorang khotib berkhutbah bahwa: “Memakai sutera adalah haram dan barang siapa yang tidak membenarkannya maka dia Kafir.”
Raja marah sesampainya di Istana Raja berencana kirim pengawal untuk tangkap Ulama tadi. Putera mahkota adalah murid dari ulama yang menjadi khotib merasa ketakutan karena gurunya akan dihukum ayahnya. Maka dia berlari ke Rumah syech dan ceritakan bahwa ayahnya akan menangkapnya.
Syech tadi katakan : Jangan kwatir saya akan mengadu kepada Allah dan berdoa agar Allah tangkap ayah kamu,dia berwudhu dan dirikan sholat.
Kini putera mahkota takut ayahnya kan ditangkap Allah mak dia berlari ke Istana untuk ceritakan hal ini, Raja gemetar mendengar karghozari anaknya dan bertaubat meminta maaf kepada Syech.



عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضًا قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم, فأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ, وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ, وَ قَالَ : يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِسْلاَمِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَلإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَإِ لَهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ, وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ, وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ, وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً. قَالَ : صَدَقْتُ. فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْئَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ بِاللهِ, وَمَلاَئِكَتِهِ, وَكُتُبِهِ, وَرُسُلِهِ, وَالْيَوْمِ الآخِرِ, وَ تُؤْمِنَ بِالْقَدْرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. قَالَ : صَدَقْتَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ قَالَ : مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ : فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ : أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا, وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِيْ الْبُنْيَانِ, ثم اَنْطَلَقَ, فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرُ, أَتَدْرِيْ مَنِ السَّائِل؟ قُلْتُ : اللهُ وَ رَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ : فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata :
Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam. Tak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara kami yang mengenalnya. Ia segera duduk di hadapan Nabi, lalu lututnya disandarkan kepada lutut Nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha Nabi, kemudian ia berkata : “Hai, Muhammad! Beritahukan kepadaku tentang Islam.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Islam adalah, engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah; menegakkan shalat; menunaikan zakat; berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau telah mampu melakukannya,” lelaki itu berkata,”Engkau benar,” maka kami heran, ia yang bertanya ia pula yang membenarkannya.
Kemudian ia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”.
Nabi menjawab,”Iman adalah, engkau beriman kepada Allah; malaikatNya; kitab-kitabNya; para RasulNya; hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk,” ia berkata, “Engkau benar.”
Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Lelaki itu berkata lagi : “Beritahukan kepadaku kapan terjadi Kiamat?”
Nabi menjawab,”Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya.”

Dia pun bertanya lagi : “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya!”
Nabi menjawab,”Jika seorang budak wanita telah melahirkan tuannya; jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin papa) serta pengembala kambing telah saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi.”
Kemudian lelaki tersebut segera pergi. Aku pun terdiam, sehingga Nabi bertanya kepadaku : “Wahai, Umar! Tahukah engkau, siapa yang bertanya tadi?”

Aku menjawab,”Allah dan RasulNya lebih mengetahui,” Beliau bersabda,”Dia adalah Jibril yang mengajarkan kalian tentang agama kalian.” [HR Muslim, no. 8]

Tiada ulasan:

Catat Ulasan