Sabtu, 16 Januari 2016

Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab, Pejuang Tauhid yang memurnikan Islam

 Belakangan ini nama Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab ramai diperbincangkan, terutama menyangkut gerakan “wahabi” atau “salafi wahabi” yang dituduh menjadi sumber gerakan radikalisme dan dinisbatkan kepada namanya. Bahkan, baru-baru ini diluncurkan sebuah buku tendensius berjudul “Ulama Sejagad Menggugat Salafi Wahabi” yang diterbitkan oleh LkiS, Yogyakarta. Lalu, siapakah sebenarnya Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab? Berikut biografi singkat beliau yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Semoga bermanfaat!
Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab dilahirkan di Nejed, tahun 1703 Masehi. Syekh Abdul Wahab tergolong Banu Siman, dari Tamim. Pendidikannya dimulai di Madinah yakni berguru pada ustadz Sulaiman al-Kurdi dan Muhammad Hayat al-Sind. Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah pendiri kelompok Wahabi yang mazhab fikihnya dijadikan mazhab resmi kerajaan Saudi Arabia, hingga saat ini.
Sebenarnya, beliau bersama pengikutnya lebih senang menamakan kelompoknya dengan al-Muwahhidun (pendukung tauhid). Namun orang-orang Eropa dan lawan-lawan politiknya menisbatkan nama ‘Wahabi’ untuk menjuluki beliau dan gerakan yang dipimpinnya.
Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab dikenal di dunia Islam berkat perjuangannya memurnikan ajaran Islam melalui pemurnian tauhid. Masalah tauhid, yang merupakan pondasi agama Islam mendapat perhatian yang begitu besar oleh Syekh Muhammad Abdul Wahhab. Perjuangan tauhid beliau terkristalisasi dalam ungkapan la ilaha illa Allah. Menurut beliau, aqidah atau tauhid umat telah dicemari oleh berbagai hal seperti takhayul, bid’ah dan khurafat (TBC) yang bisa menjatuhkan pelakunya kepada syirik. Aktivitas-aktivitas seperti mengunjungi para wali, mempersembahkan hadiah dan meyakini bahwa mereka mampu mendatangkan keuntungan atau kesusahan, mengunjungi kuburan mereka, mengusap-usap kuburan tersebut dan memohon keberkahan kepada kuburan tersebut. Seakan-akan Allah SWT sama dengan penguasa dunia yang dapat didekati melalui para tokoh mereka, dan orang-orang dekat-Nya. Bahkan manusia telah melakukan syirik apabila mereka percaya bahwa pohon kurma, pepohonan yang lain, sandal atau juru kunci makam dapat diambil berkahnya, dengan tujuan agar mereka dapat memperoleh keuntungan.
Pencemaran terhadap ajaran Islam yang murni bermula di masa pemerintahan Islam Abbasiah di Baghdad. Kemajuan ilmu pengetahuan di zaman ini telah menyeret kaum muslimin untuk ikut pula memasyarakatkan ajaran filsafat yunani dan romawi. Selain itu, pengaruh mistik platonik dari budaya Rusia ikut menimbulkan pengaruh negatif pada ajaran Islam. Puncaknya adalah berbagai macam kebatilan dan takhyul yang dipraktekkan kaum Hindu mulai diikuti orang-orang Islam. Wilayah Arab, sebagai tempat kelahiran Islam pun tidak luput dari pengaruh buruk tersebut. Orang-orang Arab terpecah belah karena perselisihan dan persaingan di antara suku, mengalami kemunduran di berbagai aspek kehidupan. Di saat seperti inilah Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab muncul untuk kemudian membersihkan anasir-anasir asing yang menyusup ke dalam kemurnian Islam.
Di masa pendidikannya, kedua orang guru Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab, yakni Syekh Sulaiman Al-Kurdi dan Syekh Muhammat Hayat al-Sind telah melihat tanda-tanda kecerdasan Syekh Abdul Wahhab. Mereka menemukan tanda-tanda kemampuan ijtihad pada diri Syeh Abdul Wahhab. Tak lama kemudian, Syekh Abdul Wahhab melakukan perjalanan untuk beberapa tahun ; empat tahun di Basrah, lima tahun di Baghdad, setahun di Kurdistan, dua tahun di Hamdan, dan empat tahun di Ishafan, tempat ia mempelajari filsafat, tasawuf, dan ishrakiya. Sekembalinya ke daerah asalnya, ia menghabiskan waktu setahun untuk merenung, dan baru setelah itu ia mengajukan pokok-pokok pikirannya seperti termaktub dalam kitab al-Tauhid kepada masyarakat.
Pada awalnya, idenya tidak begitu mendapat tanggapan bahkan banyak mendapatkan tantangan, kebanyakan dari saudaranya sendiri, termasuk kakaknya Sulaiman dan sepupunya Abdullah bin Husain. Pemikirannya malah mendapatkan sambutan di luar daerah kelahirannya, yaitu di Dariya. Akhirnya beliau bersama keluarganya meninggalkan tanah kelahirannya dan pergi ke Dariya. Kepala suku  Dariya pada saat itu, Muhammad bin Saud malah menerima pemikiran-pemikiran beliau dan melakukan propaganda untuknya.
Selanjutnya, Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab berkerjasama secara sistematis dan saling menguntungkan dengan keluarga Saud untuk menegakkan Islam. Dalam waktu setahun sesampainya di Dariya, Syekh Abdul Wahhab memperoleh pengikut hampir seluruh penduduk di kota. Di kota tersebut pula, beliau membangun masjid sederhana dengan lantai batu kerikil tanpa alas.
Sudah diketahui umum, masjid-masjid yang terpengaruh mazhab atau pemikiran Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab atau sering disebut dengan istilah “wahabi” dibangun secara sangat sederhana tanpa hiasan apapun. Mereka juga menghancurkan batu-batu nisan dan kuburan, bahkan juga di Jannatul Baqi, untuk menjaga jangan sampai menjadi benda pujaan orang-orang sesat atau orang-orang Islam yang bebal.
Selanjutnya, pengikut Syekh Abdul Wahhab makin lama makin bertambah. Sementara itu, keluarga Saud yang hampir seluruh kehidupanya terlibat dalam peperangan dengan kepala-kepala suku lainnya selama 28 tahun, secara perlahan namun pasti memasuki masa kejayaannya. Di tahun 1765 Ibnu Saud meninggal dunia dan digantikan oleh Abdul Aziz yang tetap mempertahankan Syekh Abdul Wahhab sebagai pembimbing spiritualnya.
Seiring dengan perjalanan waktu, gerakan kaum Muwahhidun (Wahabi) ini segera menyebar ke dunia Islam lainnya dan mendapatkan banyak pengikut. Keluarga Ibnu Saud, sebagai pendukung dan unsur utama garakan ini segera menaklukkan hampir seluruh semenanjung Arab, termasuk kota-kota suci Mekkah dan Madinah. Gerakan Wahabi ini akhirnya menjadi mazhab fikih resmi keluarga Saudi yang berkuasa, dan juga dianut oleh para murid Syekh Muhammad Abduh di Mesir. Syekh Muhammad Abdul Wahhab pun akhirnya dikenal sebagai seorang pemikir dan pembaru di dunia Islam. Gerakannya telah menggetarkan dan bergema di seluruh dunia, dan merupakan sarana yang sangat besar dalam mempersatukan dunia Arab yang penuh persaingan ke bawah kekuasaan keluarga Saudi.
Inti ajaran Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab didasarkan atas ajaran-ajaran Syekhul Islam, Ibnu Taimiyah dan mazhab Hambali. Prinsip-prinsip dasar ajaran tersebut adalah : (1) Ketuhanan Yang Esa dan mutlak (karena itu penganutnya menyebut dirinya dengan nama al-Muwahhidun). (2) Kembali pada ajaran Islam yang sejati, seperti termaktub dalam Al-Qur`an dan Hadits. (3) Tidak dapat dipisahkan kepercayaan dari tindakan, seperti sholat dan beramal. (4) Percaya bahwa Al-Qur`an itu bukan ciptaan manusia. (5) Kepercayaan yang nyata terhadap Al-Qur`an dan Hadits. (6) Percaya akan takdir. (7) Mengutuk segenap pandangan dan tindakan yang tidak benar (8) Mendirikan Negara Islam berdasarkan hukum Islam secara sempurna.
Salah satu fatwa Syekh Muhammad Bin Abdul Wahhab – yang juga kadang dijuluki sebagai Syekhul Islam – adalah tentang penguasa yang berhukum dengan selain syariat Islam. Beliau memaknai toghut sebagai :
 “Segala sesuatu yang diibadahi selain Allah, diikuti dan ditaati dalam perkara‐perkara yang bukan ketaatan kepada Allah dan Rasul‐Nya , sedang ia ridha dengan peribadatan tersebut”.
Beliau menjelaskan : “Thaghut itu sangat banyak, akan tetapi para pembesarnya ada lima, yaitu :
  1. Setan yang mengajak untuk beribadah kepada selain Allah.
  2. Penguasa dzalim yang merubah hukum‐hukum Allah.
  3. Orang‐orang yang berhukum dengan selain hukum yang diturunkan Allah.
  4. Sesuatu selain Allah yang mengaku mengetahui ilmu ghaib.
  5. Sesuatu selain Allah yang diibadahi dan dia ridha dengan peribadatan tersebut.
Tujuan utama ajaran Syekh Abdul Wahhab adalah memurnikan tauhid umat yang sudah tercemar. Untuk itu, beliau sangat serius dalam memberantas bid’ah, khurafat dan takhyul (TBC) yang berkembang di tengah-tengah umat. Beliau menentang pemujaan terhadap orang-orang suci, mengunjungi tempat-tempat keramat untuk mencari berkah. Beliau menganggap bahwa segala objek pemujaan, kecuali terhadap Allah SWT, adalah palsu. Menurut beliau, mencari bantuan dari siapa saja, kecuali dari Allah SWT, ialah syirk.
Gerakan al-Muwahhidun atau yang kini sering disebut sebagai gerakan “wahabi” ini menjadi ancaman bagi kekuasaan Inggris di daerah perbatasan dan Punjab sampai 1871. Ketika itu pemerintah Inggris bersekongkol untuk mengeluarkan ‘fatwa’ guna memfitnah kaum Wahhabi sebagai orang-orang kafir. Hingga kini, ternyata fitnah dan tuduhan kepada dakwah beliau terus berlangsung, yakni dianggap sebagai pemicu radikalisme. Padahal, beliau adalah seorang muwahhid, pembaru Islam yang memurnikan aqidah umat dari bahay syirik.
Syekh Muhammad Abdul Wahhab, pemikir dan pembaru, pejuang tauhid yang memurnikan ajaran Islam ini wafat di tahun 1787 Masehi dan dimakamkan di Dariya. Sepeninggal beliau, ajarannya diteruskan oleh murid-muridnya, dan misi pemurnian ajaran Islam terus bergema hingga saat ini. Semoga Allah SWT., menerima seluruh amal sholeh beliau.  
Wallahu’alam bis showab!  
M Fachry/arrahmah.com)

Siapa Sebenarnya Wahabi yang Sesat Itu


Apakah wahabi itu sesat? Bisa ya dan bisa tidak. 
Ahlussunnah waljamaah di Saudi sangat menghormati imam-imam dan semua ulama yang memelihara aqidah ahlussunnah wal jamaah serta memberantas akidah yang menyimpang.
Di antara ulama yang mereka hormati adalah imam Muhammad bin Abdulwahab (1115-1206). Mereka mengenal Muhammad bin Abdul Wahab seorang ulama yang melanjutkan perjuangan Nabi Muhammad Saw atau salah seorang pawaris Nabi.
Jadi para pengikut Muhammad bin Abdul Wahab adalah ahlussunnah waljamaah. Sementara di Indonesia sering terdengar ungkapan yang memosisikan wahabi sebagai lawan ahlussunnah waljamaah.
Mereka suka melontarkan tuduhan dengan sebutan "wahabi" karena berbeda dalam masalah fikih hukum. Sementara yang diberantas imam Muhammad bin Abdul Wahab adalah penyimpangan dalam masalah aqidah antara lain pengkultusan kepada kuburan orang-orang shaleh.
Jadi, sesungguhnya ajaran Muhammad bin Abdul Wahab itu tidak bertentangan dengan ajaran nahdhiyin melainkan bertentangan dengan ajaran syiah, karena dalam ajaran syiah terdapat keyakinan yang banyak mengandung pengkultusan kepada kuburan seperti kuburan Husen.
Tanah yang terdapat di sekitarnya (tanah Karbala) dijadikan sebagai sarana ibadah yang selalu dibawa dan diletakkan pada tempat sujud. Tentu ajaran ini bukan dari sunnah Nabi dan bukan pula dari ajaran ahlulbait.
Karena keyakinan tentang pengkultusan terhadap tanah Karbala adalah doktrin dari para imam syiah yang tersebar bebarapa waktu setelah Husen ra wafat. 
Sejak dahulu banyak manusia yang tertipu dengan berita dusta.
Dengan kecanggihan teknologi, maka penyebaran berita dusta pun semakin mudah sampai kepada umat. Namun dengan teknologi pula berita dusta tersebut mudah untuk disingkap.
Ada dua kelompok yang ajarannya berlawanan, tempatnya berjauhan, waktunya pun tidak bertemu karena perbedaan jarak sepuluh abad. Namun, karena dikenal dengan nama yang sama maka tersebarlah pandangan yang keliru. Yaitu dua kelompok yang dihubungkan kepada nama wahabi.
Yang sebenarnya wahabi itu hanya satu yaitu yang hidup pada abad kedua hijriyah, sementara yang hidup pada abad kedua belas bukanlah wahabi akan tetapi muahammadi yaitu ajaran Muhammad bin Abdul Wahab, tapi nama ini tidak dikenal. 
Akibat berita yang tidak jelas muncullah kemarahan dan kebencian dari sebagian umat terhdap ulama Mekah dan Madinah dengan tuduhan nama wahabi tanpa dasar. Sehingga apapun yang dinyatakan ulama ini semuanya ditolak, termasuk masalah ushul atau prinsip Islam yang dalilnya tidak diragukan dari AlQuran dan hadits shahih.
Kita yakini bersama bahwa semua Syariat Allah dan Sunnah nabi tidak lepas dari perintah dan larangan. Perintah sangat diperlukan umat untuk mereka laksanakan demi meraih kemasalahatan dan kenikmatan hidup dunia dan akhirat sementara larangan sangat penting untuk mereka hindari dan mereka jauhi demi keselamatan dan keamanan hidup di dunia dan akhirat.
Sunnah yang dihubungkan dengan nahdhiyin sering dikonfrontir dengan wahabi. Apakah nahdhiyin bersebrangan dengan wahabi? Jawabannya bisa ya dan bisa tidak. Mengapa? Karena yang membenci wahabi itu belum mengetahui wahabi yang manakah sebenaranya yang mereka benci itu.
Kata wahabi, paling tidak, memiliki dua makna. Pertama, wahabi yang dikenal pada abad ke 2 hijriyah dan yang kedua adalah wahabi yang dikenal setelah abad ke 12 hijriyah.
Penggunaan istilah "wahabi" yang dianggap sebagai kebalikan dari sunnah, ternyata wahabi yang pertama yaitu yang dihubungkan kepada seorang penguasa pada abad ke 2 hijriyah. Dia adalah Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum dari keturunan Pesia (Iran).
Sementara wahabi yang kedua adalah nama yang dinisbatkan kepada ayahanda Muhammad bin Abdul Wahab dari Najd (Saudi) yang hidup pada abad ke 12 hijriyah. 
Menurut Al Syuwai'ir, Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum al Farisi adalah seorang pemimpin politik yang berkuasa pada akhir abad kedua hijriyah. Dia dikenal sebagai pembawa satu ajaran khawarij yang bersebrangan dengan ajaran ahlussunnah wal jamaah. 
أن عبد الرحمن بن رستم، وهو من أصل فارسي، عندما أحس بدنو أجله في عام 171 هـ، أوصى لسبعة من خيرة رجال الدولة الرستمية، ومن بينهم ابنه عبد الوهاب، (محمد بن سعد الشويعر ، تصحيح خطأ تاريخي حول الوهابية ، الجامعة الإسلامية بالمدينة المنورة، المملكة العربية السعودية ، ص: 22)
(Sesungguhnya Abdurrahman bin Rustum adalah keturunan Persia (Iran) ketika merasa ajal sudah mendekatinya pada tahun 171, dia berwasiat kepada tujuh orang kepercayaannya dalam mengurus negara Rustumi. Dari ketujuh orang tersebut termasuk puteranya bernama Abdul Wahab).
Abdul Wahabi bin Abdurrahman bin Rustum akhirnya dilantik menjadi raja. Pada masa kepememinannya, banyak masyarakat ahlussunnah yang terzhalimi. 
Akhir-akhir ini ajaran wahabi yang sesat itu dinisbatkan kepada seorang ulama yang memimpin gerakan suci pembela sunnah Nabi yaitu imam Muhammad bin Abdulwahab yang hidup sepuluh abad kemudian sesudah pembawa ajaran wahabi yang sebenarnya tiada.
Siapa sebenarnya pengikut Muhammad bin Abdul Wahab dan apakah ajarannya? 
Al Ruwaisyid menyatakan: 
" الوهابية: اسم لحركة التطهير في الإسلام، والوهابيون يتبعون تعاليم الرسول وحده ويهملون كل ما سواها وأعداء الوهابية هم أعداء الإسلام الصحيح". ) عبد الله بن سعد الرويشد ، حقيقة دعوة الإمام الشيخ محمد بن عبد الوهاب السلفية ، رابطة الأدب الحديث بالقاهرة
ص: 120)
(Wahabi adalah nama gerakan pensucian dalam Islam. Wahabi hanya menerangkan ajaran Rasulullah dan menghapus ajaran lainnya. Dan musuh-musuh wahabi adalah otomatis musuh Islam yang sebenarnya). 
Mengapa gerakan suci ini mendapat julukan wahabi? Siapakah yang memberi nama ini? Bukankan penggagas gerakan ini bernama Muhammad bukan Abdul Wahab, adapun Abdul Wahab adalah ayahnya? 
Sulit dibantah sekiranya ada pandangan bahwa penisbatan istilah wahabi kepada ulama Mekah dan Madinah ini adalah konspirasi dari pihak luar yang berlatar belakang ingin memecah belah umat Islam. Yaitu dengan menisbatkan gerakan Muhammad bin Abdul Wahab (1115 – 1206) kepada Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum yang hidup sepuluh abad lebih dulu.
Antara keduanya tiada hubungan sama sekali baik dari segi tempat, waktu, keturunan ataupun lainnya. Bahkan aqidah dua tokoh ini sangat bersebrangan. Yang pertama ajaran yang menyesatkan umat karena ingkar sunnah sementara yang kedua adalah gerakan pemurnian ajaran tauhid ahlussunnah wal jamaah.
Jadi, tuduhan sesat yang dilontarkan kepada ulama Mekah dan Madinah saat ini dengan sebutan wahabi adalah tuduhan yang salah alamat. Terbukti mereka adalah imam-imam besar yang suka menjadi imam shalat lima waktu yang diikuti jutaan muslimin yang datang dari berbagai penjuru dunia.
Mereka sering menangisi umat Islam baik pada saat berdoa atau pada saat membaca AlQuran sebagaimana yang biasa dilakukan Rasulullah SAW dan shahabatnya. 
Mengapa terjadi salah alamat ini? 
Penyebabnya tidak diragukan. Inilah program pihak luar yang sudah kehabisan akal untuk memecah belah umat Islam. Namun Allah yang memelihara kesatuan umat ini.
Meski sering terdengar tuduhan bahwa umat Islam sering berperang antar sesame mereka, ternyata tiada satu umat di dunia yang dapat berkumpul dengan jumlah yang sangat besar dan terus menerus selain umat Islam.
Mereka berkumpul untuk menikmanti ruku' dan sujud dengan mengikuti imam yang pada umumnya mereka sendiri tidak mengenalnya kecuali hanya sebagai seorang ulama yang taat kepada Allah Swt. Wallahu'alam