Membentengi Keluarga Dari Sihir
Dengan Nama Allaah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
SEKILAS TENTANG HAKIKAT SIHIR
Secara etimologis, sihir artinya sesuatu yang tersembunyi dan sangat halus penyebabnya. Sedangkan menurut istilah syariat, Abu Muhammad Al Maqdisi menjelaskan, sihir adalah azimat-azimat, mantra-mantra atau pun buhul-buhul yang bisa memberi pengaruh terhadap hati sekaligus jasad, bisa menyebabkan seseorang menjadi sakit, terbunuh, atau pun memisahkan seorang suami dari istrinya. (Fathul Majid, tahqiq Muhammad Hamid Al Faqi, ta’liq Abdullah bin Baaz, dan takhrij Ali bin Sinan, hlm. 235).
Jadi sihir benar-benar ada, memiliki pengaruh dan hakikat yang bisa mencelakakan seseorang dengan taqdir Allah yang bersifat kauni . Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَاهُم بِضَآرِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلاَّ بِإِذْنِ اللَّهِ
"Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang bisa mereka gunakan untuk menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka (ahli sihir) itu tidak dapat memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah" [Al Baqarah : 102].
Demikian juga firman Allah yang memerintahkan kita berlindung dari kejahatan sihir :
"Dan (aku berlindung kepada Allah) dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembuskan pada buhul-buhul". [Al Falaq : 4].
Seandainya sihir tidak memiliki pengaruh buruk, tentu Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak akan memerintahkan kita agar berlindung darinya.(Fathul Majid, tahqiq Muhammad Hamid Al Faqi, ta’liq Abdullah bin Baaz, dan takhrij Ali bin Sinan, hlm. 235).
Sihir juga pernah menimpa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Yaitu ketika seorang Yahudi bernama Labid bin Al A’sham menyihir Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Aisyah rahimahullah menceritakan:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُحِرَ حَتَّى كَانَ يَرَى أَنَّهُ يَأْتِي النِّسَاءَ وَلَا يَأْتِيهِنَّ
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah disihir, sehingga Beliau merasa seolah-olah mendatangi istri-istrinya, padahal tidak melakukannya".( HR Al Bukhari, kitab Ath Thibb, Bab Hal Yastakhriju As Sihr, hadits no. 3175 (mu’allaq), 3268, 5763, 5765, 5766, 6063, 6391, dan Muslim, kitab As Salam, Bab As Sihr, hadits no. 2189).
Berkaitan dengan hadits ini, Al Qadhi ‘Iyadh menjelaskan: “Sihir adalah salah satu jenis penyakit diantara penyakit-penyakit lainnya yang wajar menimpa Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, seperti halnya penyakit lain yang tidak diingkari. Dan sihir ini tidak menodai nubuwah Beliau. Adapun keadaan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika itu, seolah-olah membayangkan melakukan sesuatu, padahal Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak melakukannya. Hal itu tidak mengurangi kejujuran Beliau. Karena dalil dan ijma’ telah menegaskan tentang kema’shuman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dari sikap tidak jujur.
Terpengaruh sihir perkara yang hanya mungkin terjadi pada diri Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam masalah duniawi yang bukan merupakan tujuan risalah Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak diistimewakan lantaran masalah duniawi pula. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia biasa yang bisa tertimpa penyakit seperti halnya manusia. Maka bisa saja terjadi, Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam dikhayalkan oleh perkara-perkara dunia yang tidak ada hakikatnya. Kemudian perkara itu (pada akhirnya) menjadi jelas sebagaimana yang terjadi pada diri Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam”.(Zaadul Ma’ad (4/114), tahqiq dan takhrij Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arnauth).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menjelaskan: “Sihir termasuk perbuatan syirik ditinjau dari dua sisi.
Pertama : Karena dalam sihir itu terdapat unsur meminta pelayanan dan ketergantungan dari setan serta pendekatan diri kepada mereka melalui sesuatu yang mereka sukai, agar setan-setan itu memberi pelayanan yang diinginkan.
Kedua : Karena di dalam sihir terdapat unsur pengakuan (bahwa si pelaku) mengetahui ilmu ghaib dan penyetaraan diri dengan Allah dalam ilmuNya, dan adanya upaya untuk menempuh segala cara yang bisa menyampaikannya kepada hal tersebut. Ini adalah salah satu cabang dari kesyirikan dan kekufuran”.(Al Qaulus Sadid, hlm. 93-94).
Hukum mempelajari dan melakukan sihir adalah haram dan kufur. Hukuman bagi para tukang sihir adalah dibunuh, sebagaimana yang diriwayatkan dari beberapa orang sahabat (Lihat penjelasannya dalam Fathul Majid, Bab “Maa Ja`a fi As Sihr”).
Dan sihir merupakan perbuatan setan. Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَاكَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِّنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ
"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (dan tidak mengerjakan sihir), tetapi setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia". [Al Baqarah : 102]
PETUNJUK NABI UNTUK MENANGKAL DAN MENGOBATI SIHIR
Seperti telah dijelaskan oleh para ulama, sihir termasuk jenis penyakit yang bisa menimpa manusia dengan izin Allah Azza wa Jalla . Tidaklah Allah Azza wa Jalla menurunkan satu penyakit melainkan Dia juga menurunkan obat penawarnya. Dan seorang muslim dilarang berobat dengan sesuatu yang diharamkan Allah.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda :
مَا أنْزَلَ اللهُ دَاءً إلا أنْزَلَ لَهُ شِفَاءً
"Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Allah akan menurunkan pula obat penawarnya".(HR Bukhari, kitab Ath Thibb, Bab Maa Anzalallahu Da’an Illa Anzala Lahu Syifa’an, hadits no. 5678).
Seorang muslim dilarang pergi ke dukun untuk mengobati sihir dengan sihir yang sejenis. Karena hukum mendatangi dukun dan mempercayai mereka adalah kufur. Apatah lagi sampai meminta mereka untuk melakukan sihir demi mengusir sihir yang menimpanya, ataupun untuk menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan jodoh anak dan sanak saudaranya, atau hubungan suami istri dan keluarga, tentang barang yang hilang, percintaan, perselisihan dan sebagainya. Hal itu merupakan perkara ghaib dan hanya Allah Azza wa Jalla saja yang mengetahui. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ أتَى كَاهِنًا أوْ سَاحِرًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَدٍ
"Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang sihir, kemudian ia membenarkan (mempercayai) perkataan mereka, maka sungguh ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad".(Syaikh Ali bin Sinan berkata,”Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bazaar (2067, Kasyful Astaar).” Al Mundziri berkata dalam At Targhiib (4/36): “Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bazaar dan Abu Ya’la dengan sanad jayyid mauquf”. Sedangkan Al Hafizh berkata dalam Al Fath (10/216): ”Sanad hadits ini jayyid”. Lihat Fathul Majid, tahqiq Muhammad Hamid Al Faqi dengan takhrij Ali bin Sinan, hlm. 356).
Para dukun, paranormal, tukang sihir dan peramal itu hanya mengaku-ngaku mengetahui ilmu ghaib berdasarkan kabar yang dibawa setan yang mencuri dengar dari langit. Para dukun itu, tidak akan sampai pada maksud yang diinginkan kecuali dengan cara berkhidmah, tunduk dan taat serta menyembah tentara iblis tersebut. Ini merupakan perbuatan kufur dan syirik terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَن تَنَزَّلُ الشَّيَاطِينُ {212} تَنَزَّلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ { 222} يُلْقُونَ السَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ)
"Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada setiap pendusta lagi banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta". [Asy Syu’ara`: 221-223].
Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh tunduk dan percaya kepada dugaan dan asumsi bahwa cara yang dilakukan para dukun itu sebagai pengobatan, misalnya tulisan-tulisan azimat, rajah-rajah, menuangkan cairan yang telah dibaca mantra-mantra syirik dan sebagainya. Semua itu adalah praktek perdukunan dan penipuan terhadap manusia. Barangsiapa yang rela menerima praktek-praktek tersebut tanpa menunjukkan sikap penolakannya, sungguh ia telah ikut tolong-menolong dalam perbuatan bathil dan kufur.(Lihat penjelasannya dalam Risalah Fi Hukmi As Sihr Wal Kahanah, karya Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz.
CARA PENECGAHAN DARI SIHIR YANG DIAJARKAN RASULULLAH
(Zaadul Ma’ad (4/ 114-117), tahqiq dan takhrij Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arnauth; dan Ad Du’a Min Al Kitab Wa As Sunnah Wa Yaliihi Al ‘Ilaj Bi Ar Ruqa Min Al Kitab Wa As Sunnah, karya Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani, hlm. 85-89).
1- Dalam setiap keadaan senantiasa mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dan bertawakkal kepadaNya, serta menjauhi perbuatan syirik dengan segala bentuknya. Allah Azza wa Jalla
berfirman :
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ {99} إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ
"Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabbnya. Sesungguhnya kekuasaan setan hanyalah atas orang-orang yang menjadikannya sebagai pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah". [An Nahl : 99-100].
Ketika Menafsirkan ayat di atas, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di berkata : “Sesungguhnya setan tidak memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi (mengalahkan) orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabbnya semata, yang tidak ada sekutu bagiNya, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan membela orang-orang mu’min yang bertawakkal kepadaNya dari setiap kejelekan setan, sehingga tidak ada celah sedikitpun bagi setan untuk mencelakakan mereka”( Taisir Karimir Rahman (1/1142) dengan ringkas).
Dan ayat-ayat semisal ini banyak terdapat di dalam Al Qur`an.
2- Melaksanakan setiap kewajiban-kewajiban yang Allah Subhanahu wa Ta'ala perintahkan, dan menjauhi setiap yang dilarang, serta bertaubat dari setiap perbuatan dosa dan kejelekan. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu 'anhu :
Syaikh Nazhim Muhammad Sulthan menyatakan, makna sabda Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam (احْفَظِ اللهَ ) adalah jagalah perintah-perintahNya, larangan-laranganNya, hukum-hukumNya serta hak-hakNya. Caranya, dengan memenuhi apa-apa yang Allah dan RasulNya perintahkan berupa kewajiban-kewajiban, serta menjauhi segala perkara yang dilarang. Sedangkan makna (يَحْفَظْكَ ) ialah, barangsiapa yang menjaga perintah-perintahNya, mengerjakan setiap kewajiban dan menjauhi setiap laranganNya, niscaya Allah k akan menjaganya. Karena balasan suatu amalan, sejenis dengan amal itu sendiri. Penjagaan Allah Subhanahu wa Ta'ala terhadap hamba meliputi penjagaan terhadap dirinya, anak, keluarga dan hartanya. Juga penjagaan terhadap agama dan imannya dari setiap perkara syubhat yang menyesatkan”.(Qawaid Wa Fawaid Min Al Arba’in An Nawawiyah, hlm.170-171 dengan ringkas).
3. Tidak membiarkan anak-anak berkeliaran saat akan terbenamnya matahari. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: "Jika malam telah masuk -jika kalian berada di sore hari-, maka tahanlah anak-anak kalian.
Sesungguhnya setan berkeliaran pada waktu itu. tatkala malam telah datang sejenak, maka lepaskanlah mereka". [HR Bukhari Muslim].
5. Memperbanyak membaca Al Qur`an dan manjadikannya sebagai dzikir harian. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
"Janganlah menjadikan rumah-rumah kalian layaknya kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibaca di dalamnya surat Al Baqarah".(HR Muslim, kitab Shalatil Musafirina Wa Qasriha, Bab Istihbabi Shalatin Nafilati Fi Baitihi Wa Jawaziha Fil Masjid, hadits no. 780).
6- Membentengi diri dengan doa-doa dan ta’awudz serta dzikir-dzikir yang disyariatkan, seperti dzikir pagi dan sore, dzikir-dzikir setelah shalat fardhu, dzikir sebelum dan sesudah bangun tidur, do’a ketika masuk dan keluar rumah, do’a ketika naik kendaraan, do’a ketika masuk dan keluar masjid, do’a ketika masuk dan keluar kamar mandi, do’a ketika melihat orang yang mandapat musibah, serta dzikir-dzikir lainnya.
Ibnul Qayyim berkata,”Sesungguhnya sihir para penyihir itu akan bekerja secara sempurna bila mengenai hati yang lemah, jiwa-jiwa yang penuh dengan syahwat yang senanantiasa bergantung kepada hal-hal rendahan. Oleh sebab itu, umumnya sihir banyak mengenai para wanita, anak-anak, orang-orang bodoh, orang-orang pedalaman, dan orang-orang yang lemah dalam berpegang teguh kepada agama, sikap tawakkal dan tauhid, serta orang-orang yang tidak memiliki bagian sama sekali dari dzikir-dzikir Ilahi, doa-doa, dan ta’awwudzaat nabawiyah.” Zaadul Ma’ad (4/116), tahqiq dan takhrij Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arnauth).
7. Memakan tujuh butir kurma ‘ajwah setiap pagi hari. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
مَنْ تَصَبَّحَ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعَ تَمَرَاتٍ عَجْوَةً لَمْ يَضُرَّهُ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ سُمٌّ وَلَا سِحْرٌ
"Barangsiapa yang makan tujuh butir kurma ‘ajwah pada setiap pagi, maka racun dan sihir tidak akan mampu membahayakannya pada hari itu".( HR Bukhari, hadits no. 5445, 5768, 5769, 5779; dan Muslim, hadits no.2047).
Dan yang lebih utama, jika kurma yang kita makan itu berasal dari kota Madinah (yakni di antara dua kampung di kota Madinah), sebagaimana disebutkan dalam riwayat Muslim. Syaikh Abdul ’Aziz bin Baz berpendapat, seluruh jenis kurma Madinah memiliki sifat yang disebutkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ini. Namun beliau juga berpendapat, bahwa perlindungan ini juga diharapkan bagi orang yang memakan tujuh butir kurma, selain kurma Madinah secara mutlak.(Ad Du’a Min Al Kitab Wa As Sunnah, hlm. 89).
TERAPI PENGOBATAN SETELAH TERKENA SIHIR
1. Metode pertama : Mengeluarkan dan menggagalkan sihir tersebut jika diketahui tempatnya dengan cara yang dibolehkan syariat. Ini merupakan metode paling ampuh untuk mengobati orang yang terkena sihir.(Zaadul Ma’ad (4/114), tahqiq dan takhrij Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arnauth).
2. Metode kedua : Dengan membaca ruqyah-ruqyah yang disyariatkan. Para ulama telah bersepakat bolehnya menggunakan ruqyah sebagai pengobatan apabila memenuhi tiga syarat (Fathul Baari (10/195).
Pertama : Hendaknya ruqyah tersebut dengan menggunakan Kalamullah (ayat-ayat Al Qur`an), atau dengan Asmaul Husna atau dengan sifat-sifat Allah Azza wa Jalla, atau dengan doa-doa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Kedua : Ruqyah tersebut dengan menggunakan bahasa Arab, atau dengan bahasa selain Arab yang difahami maknanya.
Ketiga : Hendaknya orang yang meruqyah dan yang diruqyah meyakini, bahwa ruqyah tersebut tidak mampu menyembuhkan dengan sendirinya, tetapi dengan kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Karena ruqyah hanyalah salah satu sebab di antara sebab-sebab diperolehnya kesembuhan. Dan Allah-lah yang menyembuhkan.
Selain itu, ada hal sangat penting yang juga harus diperhatikan, bahwa ruqyah akan bekerja secara efektif bila orang yang sakit (terkena sihir) dan orang yang mengobati sama-sama memiliki keyakinan yang kuat kepada Allah Azza wa Jalla, bertawakkal kepadaNya semata, bertakwa dan mentauhidkanNya, serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa Al Qur`an adalah penyembuh bagi penyakit dan rahmat bagi orang-orang beriman. Jika hal ini tidak terpenuhi, maka ruqyah tersebut tidak akan berefek kepada penyakitnya, karena ruqyah itu sendiri merupakan obat mujarab yang diajarkan oleh syari’at. Namun ibarat senjata, setajam apapun ia, jika berada di tangan orang yang tidak lihai menggunakannya, maka senjata itu tidak banyak manfaatnya.(Ad Du’a Min Al Kitab Wa As Sunnah, hlm. 80-82 dengan ringkas).
Dikatakan oleh Ibnu At Tiin: “Ruqyah dengan membaca mu’awwidzat atau dengan nama-nama Allah Subhanahu wa Ta'ala merupakan pengobatan rohani, (akan bekerja efektif) bila di baca oleh hambaNya yang shalih; kesembuhan pun akan diperoleh dengan izin Allah Azza wa Jalla “.
- Membaca surat Al Fatihah, ayat kursi, dua ayat terakhir surat Al Baqarah, surat Al Ikhlash, An Naas dan Al Falaq sebanyak tiga kali atau lebih dengan mengangkat tangan, tiupkan ke kedua tangan tersebut seusai membaca ayat-ayat tadi, kemudian usapkan ke bagian tubuh yang sakit dengan tangan kanan.(HR Bukhari, 5735) -Fathul Baari (9/62) dan (10/208); Muslim, hadits no.2192).
- Membaca ta’awwudz (doa perlindungan diri) dan ruqyah-ruqyah untuk mengobati sihir, di antaranya sebagai berikut: (Lihat secara lebih detail dalam Ad Du’a Min Al Kitab Wa As Sunnah, hlm. 92-101).
a. أسْألُ اللهَ العَظِيْمَ رَبَّ العَرْشِ العَظِيْمِ أنْ يَشْفِيَكَ
"Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung Pemilik ‘Arsy yang agung agar menyembuhkanmu (dibaca sebanyak tujuh kali)".(HR Abu Dawud, hadits no. 3106 dan At Tirmidzi, hadits no. 2083).
b. Orang yang terkena sihir meletakkan tangannya pada bagian tubuh yang terasa sakit, kemudian membaca: (بِسْمِ الله) sebanyak tiga kali lalu membaca :
أعُوذُ بِالله وَ قُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أجِدُ وَ أحَاذِرُ
"Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari setiap kejelekan yang aku jumpai dan aku takuti". ( HR Muslim, no.2202 (67).
c. Mengusap bagian tubuh yang sakit sambil membaca doa :
اللهَُّمَ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
"Ya Allah, Rabb Pemelihara manusia, hilangkanlah penyakitku dan sembuhkanlah, Engkau-lah Yang Menyembuhkan, tiada kesembuhan melainkan kesembuhan dariMu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit. (HR Al Bukhari, no. 5743, 5744, 5750 dan Muslim, no. 2191 (46-49).
d. Membaca doa:
أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَ عِقَابِهِ وَشَرِّ عِبَادِهِ وَمِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَنْ يَحْضُرُونِ
"Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kemarahanNya, dari kejahatan hamba-hambaNya, dan dari bisikan-bisikan setan dan dari kedatangan mereka kepadaku.
3. Metode ketiga : Mengeluarkan sihir tersebut dengan melakukan pembekaman pada bagian tubuh yang terlihat bekas sihir, jika hal itu memang memungkinkan. Bila tidak memungkinkan, maka ruqyah-ruqyah di atas telah mencukupi untuk mengobati sihir.
Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan rahasia pembekaman di bagian yang terkena sihir ini. Bahwa sihir itu tersusun dari pengaruh ruh-ruh jahat dan adanya respon kekuatan alami yang lahir dari ruh jahat tersebut. Inilah jenis sihir yang paling kuat, terutama pada bagian tubuh yang menjadi pusat persemayaman sihir tadi. Maka pembekaman pada bagian tersebut merupakan metode pengobatan yang sangat efektif bila dilakukan sesuai dengan cara yang tepat.(HR Abu Dawud, hadits no. 3893 dan At Tirmidzi, no. 3528).
4. Metode keempat : Dengan menggunakan obat-obatan alami sebagaimana disebutkan Al Qur’an dan As Sunnah, dengan disertai keyakinan penuh terhadap kebenaran firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang menerangkannya. Di antaranya dengan menggunakan madu, habbahtus sauda` (jinten hitam), air zam-zam, minyak zaitun dan obat-obatan lainnya yang dibenarkan syara’ sebagai obat. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
الشِّفَاءُ فِي ثَلَاثَةٍ شَرْبَةِ عَسَلٍ وَشَرْطَةِ مِحْجَمٍ وَكَيَّةِ نَارٍ وَأَنْهَى أُمَّتِي عَنْ الْكَيِّ
"Pengobatan itu ada dalam tiga hal. (Yaitu): berbekam, minum madu dan pengobatan dengan kay (besi panas). Sedangkan aku melarang umatku menggunakan pengobatan dengan kay"(HR Bukhari, hadits no.5680 dan 5681- Al Fath (10/137).
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha, ia mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ هَذِهِ الْحَبَّةَ السَّوْدَاءَ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ إِلَّا مِنْ السَّامِ قُلْتُ وَمَا السَّامُ قَالَ الْمَوْتُ
“Sesungguhnya habbah sauda’ ini merupakan obat bagi segala jenis penyakit, kecuali as saam”. Aku (‘Aisyah) bertanya,”Apakah as saam itu?” Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,”Kematian." (HR Bukhari, hadits no. 5687 dan 5688; Muslim, hadits no. 2215).
Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu 'anhu, ia mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
ماَءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ
"Air zam-zam itu tergantung niat orang yang meminumnya". (HR Ibnu Majah, hadits no. 3062).
"Air zam-zam itu tergantung niat orang yang meminumnya". (HR Ibnu Majah, hadits no. 3062).
Dari Umar bin Al Khaththab Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
كُلُوا الزَّيْتَ وَادَّهِنُوا بِهِ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ
"Makanlah minyak zaitun dan minyakilah rambut kalian dengannya, karena sesungguhnya ia berasal dari pohon yang diberkahi".( HR At Tirmidzi, hadits no. 1851 dan Ibnu Majah, hadits no. 3319).
Demikianlah sekilas pembahasan tentang sihir berikut cara mencegah dan mengobatinya. Selayaknya bagi setiap pribadi muslim, terutama para pemimpin keluarga, untuk mengetahui hal ini dan mengajarkan kepada keluarganya. Agar anggota keluarga mampu membentengi diri dari kejahatan sihir. Selayaknya pula bagi pemimpin keluarga, untuk mengkondisikan keluarganya agar senantiasa taat kepada Allah Sang Pemelihara manusia. Membersihkan rumahnya serta menyingkirkan sejauh-jauhnya dari segala sarana yang mengundang kemaksiatan, seperti musik, majalah-majalah porno, gambar makhluk hidup dan sebagainya. Agar keluarganya mendapat curahan rahmat dan perlindungan dari Allah, terjauhkan dari gangguan iblis dan bala tentaranya. Wallahu waliyyut taufiiq. (Hanin Ummu Abdillah)
Maraji :
1. Ibnu Qayyim Al Jauziyyah, Zaadul Ma’ad, tahqiq dan takhrij Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arnauth, Mu’assasah Ar Risaalah, Cet. III, Th. 1421H/200M.
2. Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthani, Ad Du’a Min Al Kitab Wa As Sunnah Wa Yalihi Al ‘Ilaj Bi Ar Ruqaa Min Al Kitab Wa As Sunnah.
3. Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh, Fathul Majid Syarhu Kitabit Tauhid, tahqiq Muhammad Hamid Al Faqi, ta’liq Abdullah bin Baz, dan takhrij Ali bin Sinan, Darul Fikr, Th. 1412H/1992M.
4. Shahih Al Bukhari bersama Fathul Bari.
5. Shahih Muslim.
6. Sunan Abu Dawud.
7. Jami’ At Tirmidzi.
8. Sunan Ibnu Majah.
6 Kelemahan Jin....
Walaupun jin dan syaitan mempunyai kemampuan-kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia, akan tetapi al-Quran dengan tegas mengatakan bahawa hakikatnya syaitan dan tipu dayanya itu adalah lemah.
Berikut adalah beberapa contoh kelemahan jin, di antaranya:-
1. Tidak boleh mengalahkan orang-orang soleh.
Bukti bahawa syaitan atau jin tidak akan dapat mengalahkan orang soleh adalah perkataan syaitan sendiri ketika berdialog dengan Allah dalam surah al-Hijr ayat 39 -
Dari ayat ini dapat difahami bahawa yang menyebabkan syaitan itu dapat menguasai seseorang adalah kerana perbuatan dosanya. Ketika seseorang itu dekat dengan Allah, maka syaitan akan lari dan tidak akan berani mendekatinya apatah lagi menguasainya.
2. Syaitan takut dan lari oleh sebahagian hamba Allah.
Apabila seseorang betul-betul memegang ajaran agamanya dengan betul serta mengukuhkan keimanannya dengan teguh, maka syaitan akan takut dan lari. Hal ini terdapat pada diri Umar bin Khatab.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Turmu-dzi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada Umar: “Sesungguhnya syaitan sangat takut olehmu, wahai Umar” (HR. Turmudzi). Bukan hanya kepada Umar, akan tetapi syaitan (jin kafir) juga akan takut oleh orang-orang beriman yang betul-betul dengan keimanannya.
Dalam al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir pernah mengutip sebuah hadis berikut ini: “Sesungguhnya orang mukminakan dapat mengawal (mengalahkan) syaithannya sebagaimana salah seorang dari kalian yang dapat mengawal untanya ketika perjalanan” (HR. Ahmad).
Bahkan, apabila seseorang betul-betul, dan soleh, dia boleh membawa qarinnya (penyertanya, kerana setiap manusia itu pasti disertai oleh syaitan (jin kafir) di sebelah kirinya dan malaikat di sebelah kanan atau sering disebut dengan qarin) masuk Islam.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim ini juga: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:” Tidak ada seorang pun kecuali ia disertai oleh seorang qarin (penyerta) dari jin dan seorang qarin (penyerta) dari malaikat “. Para sahabat bertanya: “Apakah termasuk anda juga wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Ya termasuk saya, hanya saja Allah menolong saya sehingga jin itu masuk Islam. Ia (jin tadi) tidak pernah menyuruh saya kecuali untuk kebaikan “(HR. Muslim).
3. Jin takluk dan taat kepada Nabi Sulaiman.
Di antara mukjizat Nabi Sulaiman adalah dapat menaklukan jin dan syaitan sehingga semuanya boleh bekerja atas perintahnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam ayat al-Qur’an berikut ini dalam surat Shad ayat 36-38: “Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu” (QS. Shad ayat 36-38 ).
Mukjijat ini diberikan kepada Nabi Sulaiman sebagai pengabulan atas doanya yang mengatakan: “Dan berikanlah kepadaku kerajaan yang tidak diberikan kepada seseorang setalahku” (QS Shad 38:35).
Doa Nabi Sulaiman inilah yang menyebabkan Rasulullah tidak jadi untuk mengikat jin yang datang dengan melemparkan anak panah ke muka beliau. Dalam sebuah hadis Muslim dikatakan: “Dari Abu Darda berkata:” Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bangun, tiba-tiba kami mendengar Rasulullah mengatakan: “Aku berlindung kepada Allah darimu”, kemudian Rasulullah Shallallahu’ Alaihi wa Sallam juga berkata: “Allah telah melaknatmu” sebanyak tiga kali. Rasulullah lalu menghamparkan tangannya seolah-olah beliau sedang menerima sesuatu. Ketika Rasulullah selesai solat, kami bertanya: “Wahai Rasulullah, kami mendengar anda mengatakan sesuatu yang belum pernah kami dengar sebelum ini. Kami juga melihat anda membukakan kedua tangan anda “. Rasulullah menjawab: “Baru Iblis, musuh Allah datang membawa anak panah api untuk dipasang di muka saya, lalu aku berkata:” Aku berlindung kepada Allah darimu “sebanyak tiga kali, kemudian saya juga berkata:” Allah telah melaknatmu dengan laknat yang sempurna “sebanyak tiga kali. Kemudian saya bermaksud untuk mengambilnya. Seandainya saya tidak ingat doa saudara kami, Sulaiman, tentu saya akan mengikatnya sehingga menjadi mainan anak-anak penduduk Madinah “(HR. Muslim).
4. Jin atau syaitan tidak dapat menyerupai Rasulullah.
Syaitan dan jin tidak dapat menyerupai bentuk dan muka Rasulullah saw. Oleh kerana itu, apabila seseorang bermimi melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka ia sungguh telah melihatnya. Dalam hadis sahih dikatakan: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:” Sesiapa yang bermimpi melihatku, maka dia sungguh telah melihatku, kerana syaitan tidak dapat menyerupaiku “(HR. Muslim).
5. Jin dan syaitan tidak boleh melewati batas-batas tertentu di langit.
Sekalipun jin dan syaitan mempunyai kelebihan dapat bergerak dengan cepat, akan tetapi mereka tidak akan dapat melepasi batas-batas yang telah ditetapkan yang tidak dapat dilalui selain oleh para malaikat. Kerana apabila mereka berani melaluinya, maka mereka akan binasa dan hancur. Kerana itu pula, jin tidak dapat mengetahui dan mencuri maklumat dari langit sehingga apa yang dibisikkannya ke tukang-tukang ramal dan dukun adalah kebohongan semata. Untuk lebih jelasnya akan hal ini, dapat dilihat dalam surah al-Rahman ayat 33-35).
6. Jin tidak dapat membuka pintu yang sudah ditutup dengan menyebut nama Allah.
Dalam sebuah hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:” Tutuplah pintu-pintu, dan sebutlah nama Allah (ketika menutupnya), kerana syaitan tidak akan membuka pintu yang sudah dikunci dengan menyebut nama Allah. Tutup jugalah tempat air minum (qirab dalam bahasa Arab adalah tempat menyimpan air minum yang diperbuat dari kuit binatang) dan bekas-bekas kamu (untuk masa sekarang seperti almari, bupet, peti sejuk dan lain) sambil menyebut nama Allah, meskipun kamu hanya menyimpan sesuatu di dalamnya dan (ketika hendak tidur), matikanlah lampu-lampu kalian “(HR. Muslim).
Berikut adalah beberapa contoh kelemahan jin, di antaranya:-
1. Tidak boleh mengalahkan orang-orang soleh.
Bukti bahawa syaitan atau jin tidak akan dapat mengalahkan orang soleh adalah perkataan syaitan sendiri ketika berdialog dengan Allah dalam surah al-Hijr ayat 39 -
“Iblis berkata:” Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahawa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka “.
(Surah Al-Hijr 15: 39-40).
(Surah Al-Hijr 15: 39-40).
Dari ayat ini dapat difahami bahawa yang menyebabkan syaitan itu dapat menguasai seseorang adalah kerana perbuatan dosanya. Ketika seseorang itu dekat dengan Allah, maka syaitan akan lari dan tidak akan berani mendekatinya apatah lagi menguasainya.
2. Syaitan takut dan lari oleh sebahagian hamba Allah.
Apabila seseorang betul-betul memegang ajaran agamanya dengan betul serta mengukuhkan keimanannya dengan teguh, maka syaitan akan takut dan lari. Hal ini terdapat pada diri Umar bin Khatab.
Dalam sebuah hadis riwayat Imam Turmu-dzi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda kepada Umar: “Sesungguhnya syaitan sangat takut olehmu, wahai Umar” (HR. Turmudzi). Bukan hanya kepada Umar, akan tetapi syaitan (jin kafir) juga akan takut oleh orang-orang beriman yang betul-betul dengan keimanannya.
Dalam al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir pernah mengutip sebuah hadis berikut ini: “Sesungguhnya orang mukminakan dapat mengawal (mengalahkan) syaithannya sebagaimana salah seorang dari kalian yang dapat mengawal untanya ketika perjalanan” (HR. Ahmad).
Bahkan, apabila seseorang betul-betul, dan soleh, dia boleh membawa qarinnya (penyertanya, kerana setiap manusia itu pasti disertai oleh syaitan (jin kafir) di sebelah kirinya dan malaikat di sebelah kanan atau sering disebut dengan qarin) masuk Islam.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim ini juga: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:” Tidak ada seorang pun kecuali ia disertai oleh seorang qarin (penyerta) dari jin dan seorang qarin (penyerta) dari malaikat “. Para sahabat bertanya: “Apakah termasuk anda juga wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Ya termasuk saya, hanya saja Allah menolong saya sehingga jin itu masuk Islam. Ia (jin tadi) tidak pernah menyuruh saya kecuali untuk kebaikan “(HR. Muslim).
3. Jin takluk dan taat kepada Nabi Sulaiman.
Di antara mukjizat Nabi Sulaiman adalah dapat menaklukan jin dan syaitan sehingga semuanya boleh bekerja atas perintahnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam ayat al-Qur’an berikut ini dalam surat Shad ayat 36-38: “Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya, dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan penyelam, dan syaitan yang lain yang terikat dalam belenggu” (QS. Shad ayat 36-38 ).
Mukjijat ini diberikan kepada Nabi Sulaiman sebagai pengabulan atas doanya yang mengatakan: “Dan berikanlah kepadaku kerajaan yang tidak diberikan kepada seseorang setalahku” (QS Shad 38:35).
Doa Nabi Sulaiman inilah yang menyebabkan Rasulullah tidak jadi untuk mengikat jin yang datang dengan melemparkan anak panah ke muka beliau. Dalam sebuah hadis Muslim dikatakan: “Dari Abu Darda berkata:” Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bangun, tiba-tiba kami mendengar Rasulullah mengatakan: “Aku berlindung kepada Allah darimu”, kemudian Rasulullah Shallallahu’ Alaihi wa Sallam juga berkata: “Allah telah melaknatmu” sebanyak tiga kali. Rasulullah lalu menghamparkan tangannya seolah-olah beliau sedang menerima sesuatu. Ketika Rasulullah selesai solat, kami bertanya: “Wahai Rasulullah, kami mendengar anda mengatakan sesuatu yang belum pernah kami dengar sebelum ini. Kami juga melihat anda membukakan kedua tangan anda “. Rasulullah menjawab: “Baru Iblis, musuh Allah datang membawa anak panah api untuk dipasang di muka saya, lalu aku berkata:” Aku berlindung kepada Allah darimu “sebanyak tiga kali, kemudian saya juga berkata:” Allah telah melaknatmu dengan laknat yang sempurna “sebanyak tiga kali. Kemudian saya bermaksud untuk mengambilnya. Seandainya saya tidak ingat doa saudara kami, Sulaiman, tentu saya akan mengikatnya sehingga menjadi mainan anak-anak penduduk Madinah “(HR. Muslim).
4. Jin atau syaitan tidak dapat menyerupai Rasulullah.
Syaitan dan jin tidak dapat menyerupai bentuk dan muka Rasulullah saw. Oleh kerana itu, apabila seseorang bermimi melihat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka ia sungguh telah melihatnya. Dalam hadis sahih dikatakan: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:” Sesiapa yang bermimpi melihatku, maka dia sungguh telah melihatku, kerana syaitan tidak dapat menyerupaiku “(HR. Muslim).
5. Jin dan syaitan tidak boleh melewati batas-batas tertentu di langit.
Sekalipun jin dan syaitan mempunyai kelebihan dapat bergerak dengan cepat, akan tetapi mereka tidak akan dapat melepasi batas-batas yang telah ditetapkan yang tidak dapat dilalui selain oleh para malaikat. Kerana apabila mereka berani melaluinya, maka mereka akan binasa dan hancur. Kerana itu pula, jin tidak dapat mengetahui dan mencuri maklumat dari langit sehingga apa yang dibisikkannya ke tukang-tukang ramal dan dukun adalah kebohongan semata. Untuk lebih jelasnya akan hal ini, dapat dilihat dalam surah al-Rahman ayat 33-35).
6. Jin tidak dapat membuka pintu yang sudah ditutup dengan menyebut nama Allah.
Dalam sebuah hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:” Tutuplah pintu-pintu, dan sebutlah nama Allah (ketika menutupnya), kerana syaitan tidak akan membuka pintu yang sudah dikunci dengan menyebut nama Allah. Tutup jugalah tempat air minum (qirab dalam bahasa Arab adalah tempat menyimpan air minum yang diperbuat dari kuit binatang) dan bekas-bekas kamu (untuk masa sekarang seperti almari, bupet, peti sejuk dan lain) sambil menyebut nama Allah, meskipun kamu hanya menyimpan sesuatu di dalamnya dan (ketika hendak tidur), matikanlah lampu-lampu kalian “(HR. Muslim).
Katakanlah:
"Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh. Daripada kejahatan makhluk-Nya.
Dan daripada kejahatan malam apabila telah gelap gulita.
Dan daripada kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,
dan daripada kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki".
"Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh. Daripada kejahatan makhluk-Nya.
Dan daripada kejahatan malam apabila telah gelap gulita.
Dan daripada kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,
dan daripada kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki".
Tiada ulasan:
Catat Ulasan