Apakah Bumi Bulat Bola Atau Datar Menurut Pandangan Syariat?
https://muslim.or.id/28368-apakah-bumi-bulat-bola-atau-datar-menurut-pandangan-syariat.html
Salah satu masalah yang sedang berkembang
akhir-akhir ini adalah perdebatan mengenai bentuk bumi kita, apakah bulat
ataukah datar. Pengetahuan yang selama ini diketahui umumnya orang adalah bahwa
bumi itu bulat, namun berkembang juga pemahaman bahwa bumi itu datar atau
disebut juga pemahaman flat earth. Beberapa ulama sebenarnya telah membahas hal
ini, mereka membahas masalah bentuk bumi dari perspektif syariat. Tentunya
mereka berdalil dengan yang tersirat dalam auat-ayat Al-Quran dan hadits Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam yang mengabarkan tentang alam semesta ini.
Klaim ijma bumi itu bulat
Perlu diketahui bahwa ada klaim ijma’ dari
sebagian ulama bahwa bumi itu bulat. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah
berkata,
وقال
الإمام
أبو
الحسين
أحمد
بن
جعفر
بن
المنادي
من
أعيان
العلماء
المشهورين
بمعرفة
الآثار
والتصانيف
الكبار
في
فنون
العلوم
الدينية
من
الطبقة
الثانية
من
أصحاب
أحمد
: لا
خلاف
بين
العلماء
أن
السماء
على
مثال
الكرة
……
قال
: وكذلك
أجمعوا
على
أن
الأرض
بجميع
حركاتها
من
البر
والبحر
مثل
الكرة
. قال
: ويدل
عليه
أن
الشمس
والقمر
والكواكب
لا
يوجد
طلوعها
وغروبها
على
جميع
من
في
نواحي
الأرض
في
وقت
واحد
،
بل
على
المشرق
قبل
المغرب
“Telah berkata Imam Abul Husain Ibnul Munadi
rahimahullah termasuk ulama terkenal dalam pengetahuannya terhadap atsar-atsar
dan kitab-kitab besar pada cabang-cabang ilmu agama, yang termasuk dalam
thabaqah/tingkatan kedua ulama dari pengikut imam Ahmad: “Tidak ada
perselisihan di antara para ulama bahwa langit itu seperti bola
Beliau juga berkata: “Demikian pula mereka telah
bersepakat bahwa bumi ini dengan seluruh pergerakannya baik itu di daratan
maupun lautan, seperti bola
Beliau berkata lagi: “Dalilnya adalah matahari ,
bulan dan bintang-bintang tidak terbit dan tenggelam pada semua penjuru bumi dalam
satu waktu, akan tetapi terbit di timur dahulu sebelum terbit di bara”1.
Demikian juga Ibnu Hazm rahimahullah berkata,
أن
أحد
من
أئمة
المسلمين
المستحقين
لإسم
الإمامة
بالعلم
رضي
الله
عنهم
لم
ينكروا
تكوير
الأرض
ولا
يحفظ
لأحد
منهم
في
دفعه
كلمة
بل
البراهين
من
القرآن
والسنة
قد
جاءت
بتكويرها
“Para Imam kaum muslimin yang berhak mendapar
gelar imam radhiallahu anhum tidak mengingkari bahwa bumi itu bulat. Tidak pula
diketahui dari mereka yang membantah sama sekali, bahkan bukti-bukti dari
Al-Quran dan Sunnah membuktikan bahwa bumi itu bulat”2.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,
في
كون
الأفلاك
كروية
الشكل
والأرض
كذلك
وأن
نور
القمر
مستفاد
من
نور
الشمس
وأن
الكسوف
القمرى
عبارة
عن
انمحاء
ضوء
القمر
بتوسط
الأرض
بينه
وبين
الشمس
“Bahkan alam semesta dan bumi betuknya adalah
bola, demikian juga penjelasan bahwa cahaya bulan berasal dari pantulan sinar
matahari dan gerhana bulan terjadi karena cahaya bulan terhalang oleh bumi yang
terletak antara bulan dan matahari”3.
Demikian juga pendapat bahwa beberapa ulama
kontemporer seperti Syaikh Abdul Aziz bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin dan ulama lainnya.
Batalnya klaim Ijma’
Perlu diketahui juga bawa ada beberapa ulama ada
yang menafikan bahwa bumi itu bulat seperti Al-Qahthaniy Al-Andalusy dalam
kitab Nuniyah-nya,
كذب
المهندس
والمنجم
مثله
… فهما
لعلم
الله
مدعيان
الأرض
عند
كليهما
كروية
… وهما
بهذا
القول
مقترنان
والأرض
عند
أولي
النهى
لسطيحة
… بدليل
صدق
واضح
القرآن
“Telah berbohong ilmuan dan astronom yang semisal
… mereka mengklaim atas ilmu Allah”
“Bumi menurut mereka bulat … mereka bergandengan
dengan pendapat ini”
“Bumi menurut ahli ilmu agama adalah datar …
dengan dalil yang jelas dari Al-Quran”4.
Demikian juga dalam Tafsir Jalalain, ketika
menafsirkan ayat
وَإِلَى
الْأَرْضِ
كَيْفَ
سُطِحَتْ
“Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?”
(Al-Ghaasyiyah: 20).
Dijelaskan bahwa dzahir ayat bumi itu (سُطِحَتْ)
“sutihat” menunjukkan bumi itu (سطحية)
“sathiyyah” yaitu bulat, dalam tafsir dijelaskan,
سطحت
ظاهر
في
أن
الأرض
سطح
وعليه
علماء
الشرع
لا
كرة
كما
قاله
أهل
الهيئة
“Makna ‘sutihat’ zahirnya menunjukkan bahwa bumi
itu datar dan dijelaskan oleh ulama, bukan bulat sebagaimana dikatakan oleh
ahli astronom”5.
Demikian juga Al-Qurthubi dalam tafsirnya,
membantah bahwa bumi bulat, ketika menafsirkan ayat,
وَالْأَرْضَ
مَدَدْنَاهَا
وَأَلْقَيْنَا
فِيهَا
رَوَاسِيَ
وَأَنْبَتْنَا
فِيهَا
مِنْ
كُلِّ
شَيْءٍ
مَوْزُونٍ
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan
padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran”
(Al-Hijr: 19).
Beliau Al-Qurthubi berkata,
وهو
يرد
على
من
زعم
أنها
كالكرة
“Ini adalah bantahan bagi mereka yang menyangka
bahwa bumi itu seperti bola”6.
Dari sini kita ketahui bahwa ada ulama yang
menyelisihi klaim ijma’ yang disebutkan di atas.
Dalil-dalil yang digunakan kedua pendapat, dari
Al-Quran dan As Sunnah
Masing-masing pendapat yang ada berdalil dengan
Al Quran dan Sunnah dan saling membantah. Jika membahas dalil-dalil mereka maka
cukup panjang, maka kita beri beberapa contoh saja:
1) Dalil bahwa bumi itu bulat menurut pro bumi
bulat, surat Az Zumar ayat 5
Allah berfirman,
يُكَوِّرُ
اللَّيْلَ
عَلَى
النَّهَارِ
وَيُكَوِّرُ
النَّهَارَ
عَلَى
اللَّيْلِ
“Dia
menutupkan/menggilirkan (takwrir) malam atas siang dan menutupkan/menggilirkan
siang atas malam” (Az-Zumar : 5).
Pro bumi bulat berkata bahwa takwir itu bermakna
lingkaran atau melingkari, misalnya melingkari penutup kepala imamah, karenanya
bumi itu bulat-bola bergantian siang dan malam.
Pro bumi datar membantah bahwa justru itu dalil
bahwa bumi itu datar dan berbentuk lingkaran (piring bulat), matahari dan bulan
berputar melingkar di atas bumi dan menggantikan siang dan malam.
2) Dalil bumi itu datar menurut pro bumi datar,
surat At Thur ayat 6
Yaitu posisi baitul makmur (ka’bah penduduk
langit) yang berada tepat sejajar di atas ka’bah dunia di Mekkah
وَالْبَيْتِ
الْمَعْمُورِْ
وَالسَّقْفِ
الْمَرْفُوعِْ
. وَالْبَحْرِ
الْمَسْجُورِ
“dan demi
Baitul Ma’mur , dan atap yang ditinggikan (langit), dan laut yang di dalam
tanahnya ada api,” (QS. At-Thur: 4-6)
Al-Baghawi rahimahullah berkata,
” والبيت
المعمور
“،
بكثرة
الغاشية
والأهل،
وهو
بيت
في
السماء
حذاء
العرش
بحيال
الكعبة
“Baitul Makmur: banyaknya yang memenuhi dan
penduduknya, yaitu rumah di langit sekitar ‘Arsy dan sejajar dengan Ka’bah
bumi” 7.
Pro bumi datar berkata: “Bagaimana mungkin bumi
bulat-bola dan berputar kemudian baitul makmur sejajar dengan baitullah di
Mekkah, bagaimana bisa sejajar kalau bumi-bulat berputar? berarti baitul makmur
mutar-mutar di atas langit ikut bumi? Ini tidak masuk akal. Kalau bumi datar
maka masuk akal jika sejajar”.
Pro bumi bulat membantah: “bisa jadi, ini hal
ghaib yang tidak bisa masuk akal manusia, banyak hal ghaib yang tidak masuk
akal kita sekarang, seperti di hari kiamat ada yang berjalan dengan wajahnya
dalam Al-Quran. Orang dahulu tidak masuk akal jika ada yang bisa pergi ke
tempat yang jauh dalam semalam saja, di zaman sekarang bisa saja dengan pesawat
super cepat”.
3) Dalil bumi datar menurut pro bumi datar, surat
Al Ghasyiyah ayat 20
Ayat yang menjelaskan bahwa bumi itu dihamparkan.
Allah berfirman,
وَإِلَى
الْأَرْضِ
كَيْفَ
سُطِحَتْ
“Dan (apakah
manusia tidak mau memikirkan) bagaimana bumi itu dihamparkan?” (Al-Ghasyiyah:
20).
Pro-datar berkata: “ini sangat jelas mengatakan
bumi dihamparkan, menghamparkan permadani misalnya, tentu pada benda yang
datar”.
Pro-bulat membantah: “silahkan lihat penjelasan
ulama semisal syaikh Al-Utsaimin8 dan fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah9 yang
menjelaskan bahwa bumi itu datar bagi pandangan manusia dari bumi, sedangkan
bentuk sebenarnya adalah bulat-bola”.
4) Dalil bumi bulat menurut pro bumi bulat, klaim
ijma’ dari Syaikhul Islam, Ibnu Hazm dan beberapa ulama lain.
Namun klaim ijma’ ini perlu dikritik karena
adanya pendapat lain dari ulama terdahulu seperti Al Qurthuby dan penulis
Tafsir Jalalain yang telah di sebutkan di atas.
Sebenarnya masih banyak lagi dalil-dalil lainnya
yang menjadi pembahasan dua kubu dan kita cukupkan saja contohnya sebagaimana
di atas.
Tidak ada dalil yang tegas menyatakan bahwa bumi
bulat atau datar
Setelah kita melihat pendalilan dua kelompok yang
berbeda pendapat, maka kita dapatkan dalam satu dalil yang sama, bisa mereka
gunakan untuk mendukung pendapat mereka masing-masing yang bertentangan padahal
dalilnya sama. Memang dalam Al-Quran dan Sunnah tidak didapatkan dalil yang
tegas dan jelas mengenai hal ini yang menyebut dengan tegas “bumi bulat-bola”
atau “bumi datar”.
Kita bisa lihat yang pro-bulat menggunakan
penjelasan syaikh Al-‘Utsaimin mengatakan bahwa bumi itu bulat dengan dalil dan
penjelasan oleh Syaikh. Akan tetapi di sisi lain, Syaikh Al-Ustaimin dan juga
Syaikh Bin Baz berpendapat bahwa bumi adalah pusat tata surya dan tidak
berputar sedangkan matahari yang mengelilingi bumi. Tentu ini bertentangan
dengan sebagian orang yang pro bumi bulat, yang mereka menyakini bahwa bumi itu
bulat dan mengelilingi matahari.
Tentunya Syaikh Al-‘Utsaimin dan Syaikh Bin Baz
berpendapat bahwa matahari mengelilingi bumi dengan penjelasan dalil dalam
Al-Quran dan Sunnah. Syaikh Utsaimin menjelaskan,
أما
رأينا
حول
دوران
الشمس
على
الأرض
الذي
يحصل
به
تعاقب
الليل
والنهار،
فإننا
مستمسكون
بظاهر
الكتاب
والسنة
من
أن
الشمس
تدور
على
الأرض
دورانا
“Pendapat kami, matahari yang mengelilingi bumi
sehingga terjadi pergantian siang dan malam, kami berpegang teguh dengan dzahir
Al-Quran dan Sunnah bahwa matahari itu yang benar-benar mengelilingi bumi”10.
Syaikh Bin Baz juga menafikan bahwa bumi berputar
(berarti matahari yang berputar mengelilingi agar terjadi siang dan malam),
beliau berkata,
أما
دورانها
فقد
أنكرته
وبيَّنتُ
الأدلة
على
بطلانه
“Adapun perputaran bumi maka aku ingkari dan aku
telah jelaskan dalil tidak benarnya (perputaran bumi)”11.
Dalil yang mereka gunakan untuk pernyataan
“matahari mengelilingi bumi” juga banyak, salah satunya yang menurut mereka
cukup jelas bahwa matahari bergerak mengelilingi bumi, yaitu hadits riwayat
Bukhari dan Muslim bahwa matahari bergerak di peredarannya dan tatkala sampai
di bawah Arsy maka matahari bersujud.
عَنْ
أَبِيْ
ذَرٍّ
أَنَّ
اْلنَّبِيَّ
قَالَ
يَوْمًا
: أَتَدْرُوْنَ
أَيْنَ
تَذْهَبُ
هَذِهِ
اْلشَّمْسُ؟
قَالُوْا:
اللهُ
وَ
رَسُوْلُهُ
أَعْلَمُ.
قَالَ:
إِنَّ
هَذِهِ
تَجْرِيْ
حَتىَّ
تَنْتَهِيَ
إِلىَ
مُسْتَقَرِّهَا
تَحْتَ
اْلعَرْشِ,
فَتَخِرَّ
سَاجِدَةً,
فَلاَ
تَزَالُ
كَذَالِكَ
حَتىَّ
يُقَالَ
لَهَا:
اِرْتَفِعِيْ,
اِرْجِعِيْ
مِنْ
حَيْثُ
جِئْتِ
فَتَرْجِعُ,
فَتُصْبِحُ
طَالِعَةً
مِنْ
مَطْلِعِهَا,
ثُمَّ
تَجْرِيْ
لاَ
يَسْتَنْكِرُهَا
اْلنَّاسُ
مِنْهَا
شَيْئًا
حَتىَّ
تَنْتَهِيَ
عَلىَ
مُسْتَقَرِّهَا
ذَلِكَ
تَحْتَ
اْلعَرْشِ
فَيُقَالُ
لَهَا:
اِرْتَفِعِيْ,
أَصْبِحِيْ
طَالِعَةً
مِنْ
مَغْرِبِكِ,
فَتُصْبِحُ
طَالِعَةً
مِنْ
مَغْرِبِِهَا.
فَقَالَ
رَسُوْلُ
اللهِ:
أَتَدْرُوْنَ
مَتىَ
ذَاكُمْ؟
ذَاكَ
حِيْنَ
(لاَ
يَنْفَعُ
نَفْسًا
إِيْمَانُهَا
لَمْ
تَكُنْ
ءَامَنَتْ
مِنْ
قَبْلُ
أَوْ
كَسَبَتْ
فِيْ
إِيْمَانِهَا
خَيْرًا)
(الأنعام:
158)
Dari Abu Dzar
bahwa pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
“Tahukah kalian ke manakah matahari ini pergi?” Mereka berkata, “Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya matahari ini
berjalan sehingga sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dia
bersujud. Dia tetap selalu seperti itu sehingga dikatakan kepadanya:
‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau datang’, maka dia pun kembali dan
terbit dari tempat terbitnya, kemudian dia berjalan sehingga sampai ke tempat
peredarannya di bawah Arsy, lalu dia bersujud. Dia tetap selalu seperti itu
sehingga dikatakan kepadanya: ‘Bangunlah! Kembalilah seperti semula engkau
datang’, maka dia pun kembali dan terbit dari tempat terbitnya, kemudian
berjalan sedangkan manusia tidak menganggapnya aneh sedikitpun darinya sehingga
sampai ke tempat peredarannya di bawah Arsy, lalu dikatakan padanya:
‘Bangunlah, terbitlah dari arah barat’, maka dia pun terbit dari barat.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Tahukah
kalian kapan hal itu terjadi? Hal itu terjadi ketika tidak bermanfaat lagi iman
seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu atau dia belum
mengusahakan kebaikan dalam masa imannya”12.
Akan tetapi yang mengatakan bahwa “bumi
mengelilingi matahari” bisa membantah juga: matahari itu memang bergerak dan
mengelilingi pusat tata surya. Mereka berpegangan pada fatwa ulama yaitu Syaikh
Al-Albani yang menyatakan bahwa bumi itu berputar dan beliau pun membawakan
dalil dan penjelasannya. Syaikh Al Albani berkata:
نحن
في
الحقيقة
لا
نشك
في
أن
قضية
دوران
الأرض
حقيقة
علمية
لا
تقبل
جدلا
“Kami sejatinya tidak ragu bahwa perputaran bumi
merupakan fakta yang ilmiah dan tidak bisa dibantah”13.
Demikianlah, kesimpulannya mengenai apakah bumi
datar atau bulat-bola, maka tidak kita dapatkan dalil yang tegas menyebutkan
“bumi itu bulat” atau “bumi itu datar”.
Yang benar adalah sesuai dengan penelitian dan
fakta ilmiah ilmu dunia
Apakah bumi datar atau bulat maka kita kembalikan
lagi kepada penelitian dan fakta ilmiah. Hal ini dicerminkan dari sikap Syaikh
Muhammad Nashiruddin Al-Albani di mana beliau menggabungkan kedua ilmu yaitu
fakta ilmu dunia (yang menurut beliau benar) dan “yang tersirat” dalam Al-Quran
dan Sunnah.
Simak tanya jawab beliau dan kehati-hatian beliau
dalam berfatwa,
سؤال
من
مسلم
بريطاني
/ هل
في
رأيكم
أن
العالم
كروي
أو
مستقيم
؟
ج
الشيخ
: هذا
السؤال
جغرافي
وإلا
ديني
؟
س
/ كلاهما
ج
الشيخ
: كروي
س
/ هل
أخطأ
ابن
باز
حينما
قال
انها
مستقيمة
ج
الشيخ
/ مستقيمة
أو
مسطحة
؟
س
/ مسطحة
ج
الشيخ
/ ليت
أن
الخطأ
وقف
عند
المسألة
الجغرافية
Pertanyaan untuk syaikh Al-Albani dari seorang
muslim di Inggris:
Penyana: Apa pendapatmu, apakah bumi itu bulat
atau datar?
Syaikh: Apakah ini pertanyaan geografi atau
pertanyaan agama?
Penyanya: Keduanya
Syaikh: Bumi itu bulat-bola
Penanya: Jika demikian syaikh Bin Baz salah
mengatakan bumi lurus (ingat ada klarifikasi bahwa syaikh Bin Baz mengatakan
bumi itu bulat, pent)
Syaikh: Lurus atau datar?
Penanya: Datar
Syaikh: Saya berharap itu adalah kesalahan
geografi (Syaikh Al-Albani yakin Syaikh bin Baz cerdas masalah agama sehingga,
sehingga beliau berharap Syaikh bin Baz menjawab dengan pengetahuan beliau dari
ilmu geografi, pent)14.
Dari tanya jawab ini kita dapat dua pelajaran
penting:
Pertama: Syaikh Al-Albani sangat hati-hati
berfatwa sehingga beliau bertanya apakah bumi bulat atau datar tersebut, apakah
ditinjau dari segi ilmu agama atau ilmu geografi dan penanya menjawab
“keduanya”. Maka syaikh Al-Albani menjawab bahwa bumi itu bulat, karena
ditinjau dari ilmu geografi beliau bahwa bumi itu bulat, sedangkan dari ilmu
agama, beliau lebih condong dengan dalil yang tersirat (bukan dalil tegas),
karena tidak ada dalil yang tegas bahwa bumi itu bulat
Beliau menjelaskan setelah tanya jawab tadi bahwa
tidak ada dalil tegasnya, beliau berkata,
ليس هناك
نص
قاطع
يؤيد
أحد
الوجهين
المختلفين
…بعض
الآيات
من
القرآن
الكريم
التي
تتعلق
بهذا
الموضوع
يمكن
أن
يفهم
منها
ثبات
الأرض
وسطحيتها
،
والبعض
الآخر
يمكن
أن
يفهم
منها
حركتها
ودورانها
“Tidak ada dalil tegas yang mendukung dua
pendapat yang berbeda ini… sebagian ayat Al-Quran yang berkaitan dengan hal ini
bisa jadi dipahami bahwa bumi itu tetap dan datar dan sebagian ayat lainnya
bisa saja dipahami bumi bergerak dan berputar.”
Bahkan beliau menegaskan selanjutnya,
permasalahan bumi itu bulat atau datar bukanlah permasalahan aqidah, beliau
berkata
ولهذا
قلنا
أن
هذه
ليست
مسألة
اعتقادية
“Karenanya kami katakan bawa masalah ini bukanlah
masalah i’tiqadiyah”15.
Tentunya jika memang masalah aqidah tentu sudah
dibahas dan menjadi penekanan utama oleh banyak ulama dalam berbagai kitab
mereka.
Kedua: Lihat sikap Syaikh Al-Albani yang
bersebrangan dengan Syaikh Bin Baz, beliau sangat berharap Syaikh Bin Baz hanya
salah dalam ilmu geografi saja dan ini wajar karena Syaikh Bin Baz bukan ahli
geografi dan hanya ikut saja dari apa info yang sampai ke beliau.
Patut direnungi oleh sebagian kecil saudara kita
muslim yang mungkin saling berdebat apakah bumi itu bulat atau datar sampai
tahap mencela, menyindir dan sampai bermusuhan dalam masalah ini, padahal
mereka bersaudara dalam Islam dan yang lebih penting hal ini bukanlah
permasalahan aqidah.
Kesimpulan dari tulisan kami:
Tidak ada dalil yang tegas dalam Al-Quran dan
Sunnah yang menyatakan bahawa bumi itu bulat atau datar, sedangkan klaim ijma
yang ada perlu dipertanyakan validitasnya, karena diketahui ternyata ada
beberapa ulama yang menyelisihi klaim ijma’ tersebut
Permasalahan apakah bumi bulan atau datar
bukanlah permasalahan aqidah.
Jika memang bukan permasalahan aqidah terutama,
tidak layak bagi kaum muslimin berpecah belah dalam hal ini, saling mencela,
menyindir dan bermusuhan dalam rangka mendukung pendapatnya.
Karena bukan masalah aqidah maka tidak bisa
menyebabkan seseorang menjadi kafir hanya karena keyakinan apakah bumi bulat
atau datar. Karenanya syaikh Bin Baz ketika mengingkari bumi berputar (beliau
berpendapat bumi diam), tetapi beliau tidak mengkafirkan yang mengatakan bumi
berputar, beliau berkata,
ولكني
لم
أكفِّر
من
قال
به
“Akan tetapi aku tidak mengkafirkan mereka yang
mengatakan demikian”16.
Apakah bumi itu bulat atau datar maka
dikembalikan kepada penelitian dan fakta ilmiah dan tentunya oleh para ahlinya
dalam masalah ini. Allah berfirman,
فَاسْأَلُوا
أَهْلَ
الذِّكْرِ
إِنْ
كُنْتُمْ
لَا
تَعْلَمُونَ
“Maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu jika kamu tidak mengetahui”
(An-Nahl:43).
Dalil Al-Quran dan Sunnah yang sudah pasti dan
tegas (dalil qath’i) tidak akan bertentangan dengan fakta ilmiah dan akal
manusia yang sehat. Sebagaimana dijelaskan bahwa tidak ada dalil tegas apakah
bumi itu bulat atau datar. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan,
كل
ما
قام
عليه
دليل
قطعي
سمعي
يمتنع
أن
يعارضه
قطعي
عقلي
“Semua yang telah ada dalil pasti/qath’i maka
tidak bertentangan dengan akal yang sehat”17.
Yang lebih penting adalah dari “bumi datar atau
bulat” adalah kita hidup di atas bumi, akan meninggalkan bumi menuju kampung
akhirat yang kekal serta bagaimana agar bumi sebagai tempat mencari bekal untuk
pulang ke kampung akhirat yaitu bekal iman, takwa, amal kebaikan yang
bermanfaat bagi manusia dan makhluk di muka bumi.
Demikian pemabahasan ini, semoga bermanfaat bagi
kita.
***
@Laboratorium RS Manambai, Sumbawa Besar,
Sabalong-Samalewa
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Artikel Muslim.or.id
___
Lihat Majmu’ Fatawa: 25/ 195 ↩
Fashl fil Milal 2/78, Maktabah Al-Kaniwy, Koiro,
Syamilah ↩
Miftah Daris Sa’adah 2/212, Darul Kutub Ilmiyah,
Koiro, Syamilah ↩
Nuniyyah Al-Qahthani, Maktabah As-Sudaniy,
Jeddah, Syamilah ↩
Tafsir Jalalain 1/805, Darul Hadits, Koiro,
Syamilah ↩
Tafsir Al-Qurthubi 10/13, Darul Kutub
Al-Mishriyyah, Koiro, 1384 H, Syamilah ↩
Ma’alimut Tanzil 7/382, Darut Thayyibah, cet. IV,
1414 H, syamilah. Silahkan baca tulisan kami selengkapnya mengenai posisinya
sejajar di link
https://muslim.or.id/16573-mengenal-baitul-makmur-kabah-penduduk-langit.html ↩
Lihat Majmu’ Fatawa wa Rasail 8/664 ↩
Fatwa Al-Lanah Ad-Daimah 26/414 ↩
Majmu’ Fatawa wa Rasail 1/71, Darul Wathan, 1413
H, syamilah ↩
Majmu Fatawa Syaikh Bin Baz 9/228, bisa di akses
di link ini juga: http://www.binbaz.org.sa/article/472 ↩
HR. Bukhari dan Muslim ↩
Silsilah Huda wan Nur, kaset nomor 1/497. Simak
juga penjelasan beliau di sini: https://www.youtube.com/watch?v=PdBDFXtYKhU ↩
Silsilah Huda wan Nur, kaset nomor 1/436 ↩
Silsilah Huda wan Nur, kaset nomor 1/436 ↩
Majmu Fatawa syaikh Bin Baz 9/228, bisa diakses
juga di link: http://www.binbaz.org.sa/article/472 ↩
Dar’ut Ta’arudh 1/80 ↩
Tiada ulasan:
Catat Ulasan